Bayangkan dunia pertambangan yang bising dan dinamis, di mana setiap detik adalah emas, setiap bunyi mesin alat berat adalah orkestrasi yang menggerakkan produksi, dan setiap tumpahan bahan bakar tanpa hasil adalah kekecewaan. Di balik produksi yang mengalir, ada satu misteri yang membuat para insinyur, supervisor, hingga operator memutar otak: perhitungan cycle time pada alat gali muat dan alat angkut. Ini bukan sekadar hitung-hitungan waktu, melainkan seni dalam pengendalian efisiensi dan produktivitas.
"Cycle time adalah jantung operasional tambang," kata Fikram Khaykal Lazuardi, seorang Supervisor Mineplan Engineering yang berpengalaman dalam merancang dan memonitor berbagai proyek pertambangan. Ia menggambarkan cycle time sebagai serangkaian ritme berulang yang sangat presisi. Namun, seperti orkestra yang harus dimainkan dengan sempurna, satu nada yang terlambat atau terlalu cepat dapat merusak alunan keseluruhan.
Apa Itu Cycle Time?
Dalam dunia tambang, cycle time adalah waktu yang diperlukan bagi alat gali muat dan alat angkut untuk menyelesaikan satu siklus penuh: mulai dari pengisian material, transportasi, hingga pembuangan. Fikram menjelaskan, cycle time bukan sekadar angka—ia adalah dasar dari seluruh strategi produksi tambang. Misalnya, sebuah alat gali muat seperti Excavator Komatsu PC 400 harus mencapai keseimbangan sempurna antara kapasitas angkut dan waktu pengisian. Setiap detik yang terbuang adalah pengorbanan produktivitas, dan setiap tambahan liter bahan bakar yang terpakai menggerus efisiensi biaya.
Mengapa Cycle Time Menjadi Penentu Keberhasilan Operasional Tambang?
Alat berat di tambang adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mengangkut beban berat dari perut bumi. Namun, bayangkan seorang pelari maraton yang terus berlari tanpa jeda, hanya untuk berhenti tiba-tiba dan menunggu giliran. Dalam analogi ini, pelari maraton adalah alat angkut atau gali muat yang harus menunggu, terkadang lebih lama dari yang seharusnya. Waktu tunggu ini, meskipun tampak sepele, mengakibatkan lonjakan pemakaian bahan bakar tanpa meningkatkan produksi.
Sebagai contoh, berdasarkan data dari PT. Bhumi Rantau Energi di Kalimantan Selatan, alat gali muat di lapangan membutuhkan sekitar 36,54 liter bahan bakar per jam. Sementara alat angkut memerlukan 11,86 liter per jam. Namun, ketika waktu tunggu meningkat, alat ini menjadi mesin yang kehabisan tenaga untuk sesuatu yang tak menghasilkan. "Menjaga agar cycle time tetap konsisten adalah tantangan terbesar," ungkap Fikram.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Cycle Time
Sebagaimana disampaikan dalam laporan Jurnal Pertambangan Indonesia (2023), cycle time sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Jenis Material dan Kondisi Tanah: Semakin keras dan berat material yang diangkut, semakin lama waktu yang diperlukan. Misalnya, material seperti batubara memiliki densitas berbeda dari tanah biasa, yang akan memengaruhi kecepatan alat dalam memindahkan material.
- Jarak Pengangkutan: Semakin jauh jarak antara lokasi gali muat dan pembuangan, semakin besar cycle time-nya. Dalam operasi PT. Bhumi Rantau Energi, jarak angkut rata-rata adalah sekitar 3 km, yang menjadi salah satu tantangan.
- Kondisi Jalan: Jalan yang berlubang atau licin dapat memperlambat kecepatan alat angkut dan menambah waktu. Ini seperti mengendarai mobil di jalan berlubang yang tak bisa dikebut, yang menyebabkan waktu tempuh lebih lama.
- Keahlian Operator: Operator yang terlatih dan berpengalaman akan lebih efisien dalam mengoperasikan alat, mengurangi cycle time yang terbuang sia-sia.
Setiap variabel di atas adalah bagian dari teka-teki yang harus dipecahkan. Seperti seorang koki yang harus menyeimbangkan bahan-bahan untuk menciptakan hidangan sempurna, seorang insinyur tambang harus mengendalikan variabel-variabel ini untuk mencapai cycle time optimal.
Mengukur dan Mengoptimalkan Cycle Time di Lapangan
Fikram menjelaskan bahwa untuk memahami efisiensi cycle time, kita perlu mengukur waktu tempuh setiap bagian siklus. "Pengukuran harus dilakukan secara berkala, seperti mengikuti jejak detak jantung pasien," tambahnya. Dengan bantuan perangkat lunak seperti Minescape dan Surpac, data ini bisa direkam secara akurat dan dianalisis untuk menentukan bagian dari siklus yang perlu ditingkatkan.
Di lapangan, seorang insinyur tambang mungkin melakukan hal yang mirip dengan menganalisis waktu tempuh untuk setiap fase. Katakanlah, fase pengisian material membutuhkan 30 detik, tetapi transportasi memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Analisis ini bisa menunjukkan adanya masalah pada kondisi jalan atau kecepatan alat angkut. Menyelesaikan hambatan tersebut dapat memangkas cycle time secara signifikan dan menghemat bahan bakar.
Menurut studi yang dilakukan Putri (2021), pengurangan waktu tunggu sebesar 10% dapat meningkatkan produktivitas hingga 5%. Dengan demikian, mengurangi cycle time tidak hanya tentang mempercepat produksi, tetapi juga tentang menjaga alat berat agar tetap efisien dalam penggunaan bahan bakar dan tenaga kerja.
Strategi Optimalisasi Cycle Time
Bagaimana perusahaan seperti PT. Bhumi Rantau Energi bisa mengoptimalkan cycle time-nya? Berikut adalah beberapa strategi berdasarkan pengalaman lapangan dan wawasan Fikram:
Menyelaraskan Jadwal Alat: Penjadwalan alat gali muat dan angkut perlu disesuaikan agar tidak ada waktu tunggu yang berlebihan. Dengan menggunakan sistem pengaturan seperti FIFO (First In, First Out), waktu tunggu bisa diminimalkan.
Perawatan Rutin pada Alat: Menjaga agar setiap alat berada dalam kondisi prima memastikan tidak ada penundaan karena kerusakan teknis. Perawatan berkala seperti mengganti suku cadang dan memeriksa sistem hidrolik dapat menjaga alat tetap optimal.
Pelatihan Operator: Memberikan pelatihan kepada operator tentang teknik operasi efisien dapat mengurangi waktu siklus dan meningkatkan produktivitas. Seorang operator yang terampil tahu bagaimana memaksimalkan kapasitas angkut alatnya dengan waktu yang lebih singkat.
Pemanfaatan Teknologi Monitoring: Pemasangan GPS atau sistem telematika pada alat gali muat dan angkut dapat membantu memantau pola pergerakan dan konsumsi bahan bakar secara real-time, sehingga bisa langsung diidentifikasi jika ada ketidakefisienan.
Cycle Time: Lebih dari Sekadar Pengukuran Waktu
Dalam hitungan akhir, cycle time adalah detak kehidupan tambang. Setiap hitungan siklus beresonansi dengan operasional tambang secara keseluruhan—baik dalam efisiensi, biaya, hingga dampak lingkungan. Tanpa perhitungan yang tepat, tambang akan bekerja seperti mesin yang kehilangan irama, lambat laun menguras energi dan anggaran tanpa hasil yang maksimal.
Fikram menegaskan, "Dalam industri ini, kita tidak hanya menghitung waktu; kita menghitung setiap tetes bahan bakar, setiap detik produktif, dan setiap rupiah yang terpakai. Karena, pada akhirnya, perhitungan cycle time bukan hanya soal memenuhi target produksi, tetapi juga menjaga keseimbangan antara manusia, mesin, dan alam."
Maka, bagi para profesional tambang, memahami cycle time bukan sekadar memantau mesin. Ini adalah seni dan ilmu yang jika diterapkan dengan tepat, akan mengubah setiap detik dan setiap tetes bahan bakar menjadi investasi berharga bagi masa depan tambang yang berkelanjutan.